Jika kamu adalah orang yang sibuk kerja, sibuk belajar atau sibuk yang lainnya. Niat Hati ingin berinvestasi tapi gak bisa kalau disuruh belajar sampai tahap lanjut atau gak bisa tiap hari ngikutin berita mulu.
Pokoknya kamu adalah tipe investor yang mau kaya tapi dengan seminim mungkin usaha. Ini dia 3 saham seumur hidup yang wajib kamu tau.
Kita gak perlu harus menjadi ahli atau untung disemua hal. Kalo kamu jago di sekolah belum tentu jago juga di bisnis. Kalo kamu jago di bisnis, belum tentu jago juga di investasi. Jadi, pada awalnya you have to pick one and be focus.
Ada satu peribahasa Spanyol yang terkenal banget. "jack of all trades, master of none". Kalo kamu pengen bisa di semuanya, Mungkin kamu gak akan jadi jago di apapun. Lebih baik kita milih jadi master of one. istilah disini jago dalam satu hal saja.
Jadi, buat kalian yang masih kuliah dan masih sibuk magang. atau juga buat para profesional muda yang lagi meniti karir dan mulai punya uang buat pengusaha. atau kamu adalah seorang ibu rumah tangga yang kerjaan sehari-harinyanya udah padet banget. ada loh pilihan investasi yang gak ribet, gak high maintenance. Yang gak nyita waktu kita dan cocok untuk jangka panjang.
3 Kriteria yang bisa kamu lihat ketika memilih saham sumur hidup.
1. maintain high barrier of entry.
Perusahaan ini biasanya market leader yang punya economic moat atau sesuatu yang bikin dia beda dan kuat. Biasanya ini industri yang memerlukan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap suatu produk Sehingga bikin pendatang baru susah untuk berkembang.
2. Compounding and sustainable growth.
Karena halangan bagi pemain baru tinggi. market leader yang sekarang bisa menguasai sebagian besar market dan menjaga tingkat pertumbuhannya. Idealnya growth perusahaan yang bagus lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional juga pertumbuhan rata" industrinya.
3. Sustainable profitability
Kriteria ketiga adalah sustainable profitability. Growth yang kita bahas di poin kedua memang penting Tapi, kalau tidak bisa dikonversikan jadi keuntungan pun akhirnya akan menjadi sia-sia. Perusahaan harus punya rencana monetisasi yang jelas Dan bisa make money sambil menjaga tingkat pertumbuhannya.
Setelah memilih dan melihat data dari ratusan saham yang ada di IHSG Ini adalah 3 saham seumur hidup yang bisa kalian coba.
3 Saham Jangka Panjang Untuk Seumur Hidup
1. BCA atau BRI
Pertama, ada BCA atau BRI. Alasan utamanya karena dari barrier of entry
Mereka adalah market cap terbesar pertama dan kedua di Indonesia. Sudah berdiri puluhan tahun jadi punya trust dari customer yang cukup tinggi. Apalagi sektor keuangan di mana kita akan menaruh uang hasil kerja keras kita dan nabung untuk puluhan tahun kedepan Sangat membutuhkan kepercayaan brand yang tinggi.
Selain itu, BRI juga bank pemerintah terbesar Dan sektor keuangan sangat penting dalam mendorong perekonomian negara.
Jadi apa pun yang terjadi pada BRI besar kemungkinan pemerintah akan membantu. Oleh karena itu, proyek-proyek pemerintah seperti penyaluran bantuan sosial, pendanaan infrastruktur, dan lainnya kadang diberikan langsung ke bank BUMN dan salah satunya adalah BRI.
Alasan kedua, adalah dari tingkat pertumbuhannya.
Kalau kita lihat data persentase household debt to GDP ratio yang mencerminkan seberapa banyak hutang rumah tangga di Indonesia. Ini masih super rendah. angkanya cuma di 17,2% dibandingkan dengan China 62%, US 78% dan Thailand 90%. Oleh karena itu pertumbuhan kredit di Indonesia kedepannya masih super besar.
Alasan yang ketiga, adalah profitability.
Kalau kita lihat kedua perbankan ini cendering defensif saat krisis 2020 kemarin, penurunan nilai saham mereka gak sedalam dibanding yang lain. Kalau kita lihat mereka juga cepat bangkit dan di prediksi akan membukukan all time high earnings atau laba di tahun 2022.
Selain itu kita coba lihat track record sahamnya dalam waktu 1,5,10 dan 20 tahun terakhir. BCA dalam 1 tahun terakhir returnnya 26%. dalam 5 tahun terakhir returnnya rata-rata 17,6% setiap tahunnya. dalam 10 tahun terakhir return sebesar 17,6% setiap tahunnya. dalam 20 tahun terakhir sebenarny belum ada karena BCA IPO di tahun 2004.
Dari sejak IPO, CAGR atau pertumbuhansaham BCA setiap tahunnya Rata-rata 23%. Ini tergolong cukup tinggi dimana artinya sejak BCA IPO sampai sekarang kita dapat rata-rata return 23% setiap tahunnya.
BRI mari kita juga coba lihat returnnya 17,9% dalam 5 tahun, rata-rata return per tahunnya 11,7% dalam 10 tahun 14,1% per tahunnya. dalam 20 tahun juga belum ada karena BRI IPO di tahun 2003 dimana sejak IPO, CAGR atau pertumbuhan saham setiap tahunnya itu rata-rata 21%. Itu adalah alasan yang bagus dan juga track record-nya.
Faktor Resiko
Sekarang, kita mesti bahas dari sisi resiko atau What can go wrong dari BCA atau BRI.
Pertama adalah persaingan dengan bank digital dan fintech yang ngasih benefit luar biasa kepada customer. lewat promo, cashback dan diskon. Serta berkembangnya teknologi blockchain yang sangat disruptif bisa jadi ancaman untuk BCA dan BRI di masa depan.
Kedua, karena BRI adalah bank pemerintah. yang tujuannya bukan hanya mencari keuntungan tapi juga melayani masyarakat. maka ada kalanya keputusan pemerintah bisa jadi sedikit merugikan profitabilitas BRI. Misal disuruh untuk memberikan pinjaman kepada UMKM dengan bunga yang rendah, dsb.
2. SIDO dan TLKM
Dan buat kalian yang memperhatikan hal syariah ini mungkin ada pilihan lain seperti SIDO dan TLKM. Walaupun kalau kita lebih menyarankan di posisi yang pertama tetap BCA kemudian BRI.
Beberapa alasan kenapa SIDO atau TLKM sebagai pilihan yang syariah adalah:
Pertama TLKM adalah market cap terbesar ketiga di Indonesia dan produk yang juga udah puluhan tahun dan milik pemerintah juga. Kita tahu bahwa pembangunan infrastruktur telekomunikasi seperti halnya Palapa Ring, teknologi 5G dan Spektrum. itu dilakukan dengan tender dari pemerintah.
Oleh karena itu TLKM sebagai satu-satunya perusahaan telekomunikasi BUMN dan didukung dengan
profil keuangannya yang bagus bakal bisa menguasai sebagian besar market Indonesia.
Kedua, dari segi growth
Kita tahu sekarang era-nya content is king. Arah format konten mengarah ke video format entah yang pendek-pendek seperti Tik-Tok, reels atau short atau pun yang panjang. Sektor online seperti e-sport, meeting dan working online Semua semakin butuh support jaringan internet yang kuat. Menurut aku inilah yang akan terus membantu pertumbuhan TLKM kedepannya.
Selain itu, hal ini juga sama dengan produk dari SIDO tolak angin yang saat ini menguasai 70% market share di Indonesia menurut research dari Nielsen. Mereka juga sudah go internasional di mana penjualan dari ekspornya memberikan kontribusi yang cukup besar. dan aku cukup yakin SIDO dengan produknya mampu membawa kejayaannya di Indonesia ke level dunia.
Selain itu kita perlu lihat track record saham SIDO dan TLKM dalam 1,5,10 dan 20 tahun terakhir.
Untuk TLKM sahamnya naik 44% dalam setahun terakhir kemudian dalam 5 tahun terakhir, sahamnya naik hanya 1,2% setiap tahunnya. Dalam 10 tahun terakhir dia naik 10,8% setiap tahunnya. Dalam 20 tahun terakhir naik 9% setiap tahunnya.
Kemudian untuk saham SIDO dalam setahun terakhir naik 21,5% dalam 5 tahun terakhir dia naik rata" 28% setiap tahunnya. Dalam 10 tahun terakhir belum ada karena SIDO baru IPO di tahun 2013. Sejak dia IPO sampai sekarang CGAR atau rata-rata return setiap tahunnya itu 12% per tahun. itu dia alasan yang bagus" dan juga track record-nya.
Faktor Resiko SIDO dan TLKM
Tapi ada juga resiko dari saham SIDO dan TLKM. Dengan market share dan profitability yang tinggi di marketnya masing-masing Tentu hal ini akan mengundang persaingan apalagi di era teknologi dan globalisasi seperti sekarang saingan bisa datang dari mana aja termasuk dari luar negeri.
Misal seperti Axiata Group dari Malaysia yang bergabung dengan XL. Hutchison dari Hongkong yang merger dengan Indosat Ooredo. Konsolidasi atau penggabungan usaha seperti ini bisa mengancam TLKM di kemudian hari.
BCA, BRI, SIDO dan TLKM tadi adalah pilihan saham individual yang perusahaannya dipimpin oleh manusia. Manusia bisa aja salah bisa aja CEO-nya korupsi massal dengan vendor. Mungkin aja manajemen perusahaannya udah gak relevan lagi dengan market ataupun alasan2 lainnya.
3. Beli ETF (indeks)
Untuk menghindari resiko itu, tren investasi yang lagi terkenal di luar negeri itu adalah beli ETF atau beli indeksnya aja. Kaya beli IHSG aja tapi IHSG ada ratusan saham susah kalau beli satu per satu. Jadi, dibikinlah indeks misal IDX30 yang isinya 30 saham di IHSG yang besar-besar yang mungkin mewakili 70-80% IHSG.
Salah satu ETF pertama itu XIIT yang dikeluarkan oleh IndoPremier Asset Management. dimana benchmarknya adalah IDX30. 30 saham terbesar di IHSG.
Tapi kekurangannya di Indonesia, ETF belum terlalu mainstream jadi liquidity-nya masih kurang. kalau kalian mau beli atau jual banyak bisa jadi agak menyusahkan. Kalau kalian uangnya
banyak lebih dari 100-200 juta, mungkin bisa consider reksadana indeks biar keluar masuknya lebih mudah.
Kemudian kita lihat track record dari saham XIIT di 1 dan 5 tahun terakhir. Dalam 1 tahun terakhir return-nya 27,1% dibandingkan IHSG 21% sedangkan dalam 5 tahun terakhir return XIIT ini 8,5% per tahun. dibandingkan IHSG yang 4,9% per tahun.
Kenapa ikut IHSG kok beda jauh returnnya? karena ETF XIIT ini benchmark-nya IDX30 yang isinya cuma 30 saham. Sedangkan IHSG isinya ratusan saham. Dari data ini kita bisa mengartikan bahwa dalam 5 tahun terakhir saham" di IDX30 atau 30 saham terbesar ini out perform atau sahamnya naik lebih banyak daripada saham-saham yang di luar indeks IDX30 ini.
Faktor Resiko EFT
Selain alasan dan track record-nya ada juga resiko dari ETF yaitu Likuiditasnya, kalau mau jual dan beli banyak agak susah karena tidak ada barangnya di market.
Selain resiko itu untuk ETF dan reksadana indeks yang udah ngikutin gerak IHSG Resiko saham individual atau resiko non-sistematisnya lumayan kecil. Jadi gak ada cerita CEO-nya korupsi, perusahaannya bangkrut, dll. Intinya kita pasrahkan dan percaya IHSG dan Indonesia akan terus bertumbuh dalam jangka waktu panjang.
Itu dia 3 pilihan saham seumur hidup yang bisa kalian coba. Walaupun judulnya saham seumur hidup menurut aku tetep lebih baik kalau kita Mengecek kinerja saham perusahaan kita secara berkala at least 1 tahun sekali. Karena perusahaan" ini dijalankan oleh manusia yang bisa aja salah dan juga khilaf.
Beda ceritanya kalau kita beli ETF atau reksadana indeks yang terlepas dari resiko" itu Walaupun begitu, semua saham, ETF atau reksadana yang kita bahas di sumber ini adalah untuk jangka waktu long term di atas 5 tahun.